Minggu, 06 April 2014

BEAR LEADER

Boneka sangatlah erat kaitannya dengan kesukaan perempuan. Entah apakah bentuk boneka itu lucu dan membawa kebahagiaan ataukah sebagai sebuah kehadiran teman yang berbentuk boneka bagi seorang perempuan. Bukan Cuma seorang perempuan yang identik kesukaannya dengan boneka, seorang anak kecil pun tentu akan menyukainya.

Berbicara tentang boneka, dalam pandangan umum adalah benda yang berbulu lembut, mata yang bulat, memiliki tubuh besar dan lainnya. Gambaran tersebut merupakan boneka yang real. Ketika berbicara pada ranah politik tentu sebuah boneka memiliki makna yang jauh berbeda, bukan melihat pada bentuk tetapi dilihat pada objek yang disebut sebagai boneka. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa negara boneka adalah negara yang dikendalikan oleh negara adikuasa untuk melakukan sesuatu hal sesuai dengan kemauan mereka. Ketika terjadi hal-hal yang merugikan maka negara boneka-lah yang menanggung resiko penuh, sedangkan negara adikuasa terbebas dari jeratan kerugian. Kata lain yang tepat dari negara boneka adalah kelinci percobaan terhadap suatu hal yang baru.

Menjelang pemilihan umum presiden, seorang pemimpin yang akan menjadi aktor utama bangsa turut menjadi pertanyan besar bagi seluruh masyarakat. Apakah pemimpin kita merupakan aktor boneka ataukah aktor real yang akan mengedepankan bangsa. Wacana yang berkembang di masyarakat tentu sangat berpengaruh terhadap beberapa calon pilihan partai politik yang telah mengusung nama calon sebagai kandidatnya. Sikap dan potensi yang ditunjukkan para calon dianggap sebagai sikap yang akan dibawa ketika menjadi pemimpin kedepan. Pada dasarnya mengajukan diri sebagai calon pemimpin merupakan panggilan hati yang terdalam untuk siap sebagai pemimpin bukanlah sebuah paksaan ataupun dukungan dari beberapa pihak.

Namun pilihan terbaik adalah kembali kepada moral para calon pemimpin bukan aksi embel-embel mengajukan kesejahteraan rakyat dan pada akhirnya hanya mensejahterakan rakyat golongan partainya. Kebanyakan yang telah terjadi dimasyarakat hanyalah janji-janji tanpa aplikasi real dari pemerintah (no action talk only), hal ini tentu menjadi pelajaran yang berharga bagi seluruh masyarakat ketika memilih pemimpin yang benar-benar mengedepankan aspirasi rakyatnya.
Dalam hal ini, ketika panggilan hati itu telah ada maka seorang pemimpin tidak akan dipengaruhi oleh ancaman-ancaman dari berbagai pihak. Ia akan mengikuti kata hati yang benar-benar untuk rakyatnya bukan untuk golongannya. Seseorang yang terikat dengan golongan partainya tentu akan kebingungan dalam menentukan sikap kebijakan sebagai pemerintah, disisi lain sungkan terhadap golongan tetapi merugikan rakyat, ataupun mengedepankan rakyat tetapi dikucilkan golongan. Dilema seorang pemimpin yang menyatakan “yang penting bos senang” karena sebagai bear leader.


Pimpinan yang menjadi boneka dari sebuah golongan demi mendapatkan popularitas golongannya layaknya sebagai pemimpin yang tidak memiliki prinsip. Kejadian ini bukanlah kesalahan bagi seorang pemimpin ataupun bagi golongannya juga bukan pada istilah bonekanya, ini merupakan sikap keserakahan seseorang terhadap duniawi yang ingin menguasai suatu wilayah sesuai mindset golongannya. Moral adalah poin inti dari suatu kebaikan.

Laman

Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Cari Blog Ini